Kejatuhan Chavez atau Kebangkitan Demokrasi?

Kejatuhan Chavez atau Kebangkitan Demokrasi?
Oleh: Abdurrahman Wahid*



Hugo Chavez mengundurkan diri dari jabatan presiden Venezuela minggu lalu. Dengan mudah orang menyatakan, karier politik Chavez telah berakhir. Bahkan sebuah harian menyebutnya sebagai seorang diktator, yang menggunakan kekuasaan militer untuk memberontak. Ia dijatuhkan oleh sebuah demonstrasi yang menentang kebijakannya di bidang ekonomi, dan terlalu mengatur kehidupan masyarakat. Dia juga dituduh menentang semua kelompok masyarakat yang ada di negeri tersebut. Benarkah demikian?
Pembaca diajak melakukan penilaian sendiri, penulis sekedar memaparkan apa yang ada dan terjadi. Bukan maksud penulis, untuk menggurui siapapun dalam hal ini, tapi sebaiknya kita mengetahui seluruh data sebelum mengambil kesimpulan. Hanya dengan cara demikian, masyarakat dapat memintarkan diri sendiri dan mengambil kesimpulan yang tepat. Cara lain adalah, apa yang dikehendaki oleh kelompok penekan (pressure groups) yang juga bekerja membentuk pendapat umum melalui media massa. Inilah sumber semua plintiran dan fitnahan yang banyak terdapat dalam media massa kita kini.
Dengan kata lain, apa yang terjadi di Venezuela, negeri yang sangat jauh letaknya dari kita juga harus diketahui secara tepat, tidak melalui kaca mata pembentuk opini publik. Ternyata, perkembangan yang terjadi kemudian justru membenarkan anggapan bahwa penentang Chavez hanyalah segelintir orang saja dari sisa-sisa elite politik lama di negeri minyak itu. Hugo Chavez kembali menjadi Presiden setelah mayoritas bangsa berdemonstrasi yang memintanya meneruskan jabatan kepresidenan seperti yang ditetapkan oleh undang-undang dasar.

*****

Chavez dijatuhkan oleh kongkalikong antara sejumlah perwira tinggi dan konglomerat Venezuela. Untuk tujuan itu, disewalah sejumlah demonstran dari kaum preman, yang menentang Chavez dengan mengajukan claim seolah-olah mereka adalah rakyat jelata dengan tuntutan murni. Segera setelah mereka beraksi, para penembak jitu dari kaum militer menembaki mereka dari atap dan genting istana kepresidenan. Sebagai akibat, tiga belas orang meninggal dunia, belum termasuk mereka yang luka-luka terkena tembakan-tembakan jitu itu.
Segera setelah itu, opsir-opsir tinggi penentang Chavez menangkapnya dan memaksanya mengundurkan diri dari kepresidenan. Alasan yang digunakan adalah kegagalan Chavez dalam memelihara keamanan, dan Jenderal Velasco sebagai panglima memerintahkan seluruh angkatan perang untuk mensukseskan pengunduran diri itu. Ia digantikan oleh seorang konglomerat yang kaya raya, dan tampak jelas bagaimana ia dan pimpinan tentara Venezuela bersekongkol menurunkan Chaves.
Yang belum jelas adalah sampai dimana perusahaan-perusahaan besar dan raksasa yang beroperasi di Venezuela turut serta dalam komplotan sangat buruk itu. Kemungkinan besar mereka memang ikut dalam komplotan itu, melainkan sama sekali tidak dapat dibuktikan secara hukum. Halnya sama saja dengan sikap perusahaan besar dan raksasa di negeri ini, dalam komplotan MPR dan DPR untuk melengserkan penulis dari kepresidenan. Apa yang menyebabkan, mengapa sisa-sisa elit politik lama itu melakukan kerja sama dengan sejumlah perwira tinggi dan kemungkinan juga dengan para pengusaha besar dalam negeri untuk melakukan hal itu? Jawabnya sederhana saja: dalam memenangkan pemilu yang lalu dan menjadi presiden negeri tersebut, Hugo Chavez mampu mematahkan oligarki lama yang hanya menerima orang asli kulit putih atau orang turunan (mestizo) kulit putih sebagai presiden. Padahal Chavez orang yang berketurunan Indian, yang menjadi mayoritas penduduk negeri.

*****

Menjadi jelaslah bagi kita, bahwa Chavez mengeluarkan jaringan elit politik lama dari sistem kekuasaan yang ada, dengan jalan damai tanpa kekerasan. Secara efektif ia memperkuat posisi orang-orang yang tidak termasuk elit politik negara tersebut, dengan mengajukan alternatif elit politik baru yang lebih komunikatif dalam hubungan dengan rakyat. Kekhawatiran Jenderal Velasco akan perjanjian hukum internasional yang melindungi usaha besar dan raksasa, yang mendorongnya membentuk komplotan tersebut, dengan demikian jelas menunjuk pada adanya tekanan-tekanan untuk mengembalikan elit politik lama.
Sudah sewajarnyalah jika sisa-sisa elit politik lama, dalam komplotan dengan sebagian opsir tinggi yang tidak profesional itu, hampir-hampir saja melaksanakan kudeta terselubung terhadap Chavez. Bahwa akhirnya para preman itu “tertangkap basah”, terbukti dengan munculnya serangkaian demo yang membela Chaves dan memintanya tetap berada dalam pemerintahan, menunjukkan kebenaran usaha Chavez dalam melakukan reformasi terhadap sistem politik lama. Dan bahwa rakyat Venezuela mempertahankan apa yang dilakukan Chavez itu, menunjukkan bahwa reformasi benar-benar dilakukan Chavez dan didukung mayoritas pemilih Venezuela.
Akankah terjadi penghanicuran reformasi gadungan oleh reformasi yang sebenarnya di lingkungan elit politik kita di masa dekat ini, tergantung sepenuhnya kepada kekuatan rakyat/masyarakat yang mempertahankan konstitusi. Pelanggaran konstitusi seperti yang dilakukan/diperintahkan para ketua umum partai politik dalam minggu ketiga/keempat bulan juli tahun lalu, menunjuk adanya konspirasi politik seperti itu. Terpulang pada bangsa kita untuk mengadakan koreksi atas pelanggaran konstitusional itu, berarti koreksi tersebut harus dilakukan dengan cara damai tanpa kekerasan. Sejarahlah yang akan membuktikan kebenaran tinjauan dan harapan itu. Dari pelajaran yang diambil di atas tampak jelas sekali tuntutan perbaikan atas reformasi gadungan, seperti yang disuarakan oleh sejumlah pemimpin dan pemikir politik kita akhir-akhir ini, adalah sesuatu yang harus dilaksanakan secara damai dan berakhlak.


Jakarta, 15/4/2002
*Penulis adalah ketua dewan syura DPP PKB


artikel terkait:


0 comments to "Kejatuhan Chavez atau Kebangkitan Demokrasi?"

Post a Comment

English German Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified icon/gambar
Web hosting for webmasters